Selasa, 16 Februari 2010

Asmaul Husna (makna Al Nafi')

Pribadi yang Kaya Manfaat

AL NAFI’ = MAHA PEMBERI MANFAAT
Alloh adalah Pencipta Kebaikan. Alloh telah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya yang paling baik dan telah memberikan kepada kita karunia yang membuat kita unik dan unggul di antara seluruh makhluk yang lain. Karunia tertinggi yang diberikan-Nya kepada manusia adalah akal, hati nurani, dan iman. Itu semua adalah sarana yang diajarkan-Nya kepada kita untuk membedakan dan memilih apa yang terbaik bagi diri kita sendiri. Manusia juga unik karena memiliki kehendak satu-satunya di dalam alam semesta, selain Alloh. Kehendak kita yang kecil hanya dapat dikalahkan oleh kehendak Alloh yang lebih besar. Keterbatasan ini mengandung arti bahwa kita tidaklah bebas dan dibiarkan dengan kehendak kita sendiri.
Alloh telah memberikan kita kebebasan hanya agar kita dapat memutuskan apakah kita akan tunduk kepada kehendak Alloh, memerintah atas nama-Nya, menjadi makhluk terbaik, dan memiliki yang terbaik diantara makhluk, ataukah kita akan durhaka, menyebabkan kejatuhan diri kita sendiri, dan ditolak dari rahmat Alloh, seperti halnya iblis. Kemampuan kita untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan bukanlah ujian bagi Alloh untuk menyaksikan bagaimana hamba-Nya akan bersikap. Alloh telah menciptakan takdir kita sebelum Dia menciptakan kita, oleh karena itu Dia sudah mengetahui apa yang akan kita kerjakan. Hanya orang yang beriman kepada takdir yang akan dilindungi darinya!
Kasih sayang Alloh terus-menerus diberikan kepada kita, seperti kebaikan yang telah diciptakan-Nya. Kehendak kita tidak dapat membawa apa pun yang menjadi hak orang lain kepada kita, atau mencegah apa pun nasib yang sampai kepada kita. Kita juga tidak dapat memilih apa yang lebih kita sukai, karena seringkali apa yang kita pilih tergelincir dari tangan kita, sedangkan apa yang tidak pernah kita inginkan malah mengejar-ngejar kita. Dan sekalipun kita memiliki apa yang kita pilih, ia pasti akan datang kepada kita.
Jika kita melihat kepada alam semesta, apa yang kita saksikan adalah kehendak Alloh, apa yang tampaknya kita pilih adalah kehendak Alloh. Kehendak kita yang kecil hanya berisi kemampuan kita membuka mata kita untuk menerima semua kebaikan yang dikehendaki Alloh kepada kita, atau untuk menutup mata kita dan tidak menerima apa-apa. Seakan-akan kekayaan Alloh itu terus-menerus turun laksana air hujan. Kita haruslah ada untuk menerimanya. Kalau kita tidak berada, maka ia akan hilang dengan percuma. Agar ada, kita harus membuka mata, pikiran, hati, dan tangan kita. Kita harus sadar dan terjaga. Itulah cara kita melihat dan menerima kebaikan yang telah diciptakan Alloh.
BAGIAN HAMBA
Abd Al Nafi’ adalah orang yang melihat dan menerima kebaikan yang telah Alloh ciptakan dan diwajibkan untuk membagi-bagikan karunia Alloh, yang terbesar adalah ilmu dan iman, kepada orang yang memang pantas menerimanya. Dia seperti Nabi Khidir, jiwa yang pernah hadir dalam bentuk materi, yang menolong orang-orang beriman yang membutuhkan, dan mengikuti jalan maupun teladannya.
Hamba yang meneladani sifat Al Nafi’diharapkan dapat memberi manfaat sebanyak mungkin kepada makhluk-makhluk Alloh, karena : “Sebaik-baik kamu adalah sebanyak-banyak manfaat yang diberikannya kepada manusia”. Sebagaimana sabda Nabi SAW, manfaat tersebut hendaknya yang bersifat konkrit. Bukankah Alloh menyebut hal-hal konkrit ketika mengisyaratkan manfaat yang dianugerahkan-Nya.
Selanjutnya ingatlah bahwa Alloh Maha Kuasa, tidak ada yang dapat menghalangi kekuasaan-Nya  memberi manfaat atau menjatuhkan mudharrat  jika Dia menghendaki. Nabi Muhammad SAW pun, makhluk yang paling dicintai-Nya, tidak dapat meraih atau menampik (QS.Al Araf (7) : 188), apalagi upaya manusia biasa betapapun meyakinkan kekuatan dan upayanya (QS. Al An’am (6) : 17). Di hari kemudian tidak bermanfaat perantara siapapun dia, kecuali atas izin-Nya (QS. Al Baqoroh (2) : 123), tidak juga anak, keluarga, dan harta (QS. Al Mumtahanah (60) : 6) dan Asy Syu’ara (26) : 88). Yang bermanfaat hanya yang datang menghadap dengan hati yang bersih, selamat dari dosa dan noda. Selanjutnya yang meneladaninya tidak pernah akan menisbahkan pada Alloh sesuatu keburukan atau derita. Bila keburukan terjadi, yakinlah bahwa itu pasti ada hikmahnya atau itu adalah akibat ulah manusia yang melanggar hukum-hukum yang ditetapkan-Nya.
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri (QS.An Nisa’ (4) : 79).
“Ya Alloh Ya Tuhanku, Engkau adalah An-Nafi’ yang menganugerahkan manfaat bagi seluruh makhluk-Mu. Aku bermohon kiranya Engkau mempersaksikan aku cahaya nama-Mu An-Nafi’, sehingga aku tidak bersandar kepada selain-Mu. Tidak juga mengharap kecuali pada-Mu. Wahai Tuhan Yang Maha Pelindung, Maha Penolong lagi Maha Luas, jadikanlah aku bermanfaat bagi seluruh hamba-Mu, menerima dengan puas seluruh kehendak-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Wallohu ‘alam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar