Selasa, 16 Februari 2010

Asmaul Husna (Makna Al Lathif)

AL LATHIF = MAHA HALUS/LEMBUT
Sebagaimana Asma Alloh yang lain, tidak ada manusia yang mampu menggambarkan tentang deskripsi dari keagungan setiap Asma-Nya. Manusia hanya mencoba menjelaskan berdasarkan penafsiran pikirannya yang sangat lemah dan sangat terbatas. Jangan membayangkan Asma Alloh Al Lathif dengan membayangkan kelembutan sebagaimana dimaknai oleh akal pikiran manusia. Kalaupun manusia berusaha menjelaskan Asma-Nya, kemampuannya tidak akan lebih besar dari debu dibandingkan keagungan Asma-Nya yang tidak terhingga.
Diantara manusia yang berusaha menjelaskan Asma-Nya adalah Syekh Tosun Bayrak al Jerrahi. Beliau menjelaskan Asma Alloh Al Lathif sebagai berikut. Dialah yang Maha Lembut, halus, baik, indah. Dialah Pencipta keindahan yang lembut dan pemberi keindahan kepada hamba-hamba-Nya karena Dialah yang Maha Indah.
Keindahan-Nya yang paling halus tersembunyi di dalam rahasia keindahan jiwa, pikiran kebijaksanaan dan cahaya Ilahi. Dia mencakup perincian terhalus rahasia Ilahi yang didalamnya segala sesuatu saling berselaras satu sama lain. Janin sesuai dengan rahim sang ibu. Mutiara sesuai dengan kerang tiram. Sutera yang halus sesuaai dengan ulat sutera. Madu sesuai dengan lebah dan didalam hati manusia, pengetahuan tentang Alloh. tetapi hati yang tidak mempunyai cahaya indah makrifat Alloh, laksana seekor lebah tanpa madu. Menjadi lebah dengan sengatan beracun yang menyengat siapa saja yang mendekatinya.
Bukalah mata hatimu dan berusahalah melihat manifestasi Al Lathif. Terkadang ia berupa kabut kesunyian ditengah hingar-bingar aktivitas dunia. Terkadang ia merupakan rahmat yang lembut didalam azab-Nya yang keras. Berbahagialah orang-orang yang dapat melihat, karena bagi mereka tak ada lagi keraguan, kebingungan atau keputus-asaan.
BAGIAN HAMBA
Hamba yang mengambil bagian dari Asma Alloh Al Lathif adalah orang yang mata batinnya halus-terbuka untuk melihat keindahan batin didalam segala sesuatu. Dengan demikian ia memperoleh keindahan dengan sendirinya dan dengan cara yang indah menyampaikannya kepada semua makhluk, membuatnya menjadi indah.
Dia menunjukkan kepada orang beriman luasnya rahmat Alloh yang dicurahkan kepada makhluk-Nya dan membimbing mereka untuk bersyukur. Ucapan dan perbuatannya lemah lembut lagi indah. Ushanya laksana hujan di musim semi , dimana hujan itu jatuh , disana tumbuh bunga. Laksana cahaya matahari, ia menyinari setiap sudut kehidupan manusia.
LEMBUT TIDAK BANYAK MENUNTUT
Berhati lembut. Betapa indah kehidupan orang-orang yang berhati lembut. Betapa damai dan tentramnya orang-orang yang berhati lembut. Orang-orang yang berhati lembut, dirinya laksana samudera yang luas. Hatinya luas, teduh dan tenang tidak terpengaruh oleh apapun yang terjadi diluar dirinya, karena luasnya penerimaan dan keikhlasan dirinya atas segala sesuatu. Takdir Alloh dalam wujud kelapangan atau kesempitan ia terima dengan hati ikhlas dan lapang. Tidak terbersit barang setitik debu sekalipun perasaan tidak suka, apalagi menolak apapun bentuk takdir Alloh. Semua itu terjadi karena hati yang lembut mampu menangkap kelembutan hikmah yang terjadi atas segala sesuatu. Alloh Ar Rohman Ar Rohim tidak mungkin menakdirkan sesuatu yang tidak berdasarkan kasih sayang-Nya. Walaupun secara kasat mata manusia, takdir itu terasa pahit menggetirkan. Ibaratnya, tepung tidak akan pernah menjadi kue yang nikmat,  lezat dan menggiurkan jika tidak melalui proses terlebih dahulu. Tepung itu diaduk-aduk dan ada yang dibanting terlebih dahulu, dicetak dan dipanaskan dalam oven. Setelah itu barulah berubah wujud menjadi kue yang lezat dan menawan. Hamba yang berhati lembut dengan demikian tidak banyak menuntut, terlebih kepada Tuhan-Nya. Gerak hati dan pikirannya dibimbing oleh keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa Alloh Maha Penyayang, yang karena itu pasti menyayangi dirinya.
Orang yang berhati lembut juga tidak banyak menuntut kepada sesama manusia. Apakah kepada keluarganya, istri/suami dan anak-anaknya. Apalagi terhadap orang lain. Ia berusaha menjadi cahaya bagi orang-orang disekitarnya dengan menebarkan cahaya iman dan akhlakul karimah. Ia berbuat baik kepada siapapun tanpa kecuali, tanpa membeda-bedakan. Hati dan pikirannya dikuasai oleh kesadaran, bahwa semua manusia., apakah keluarga atau orang lain, adalah hamba-hamba-Nya yang dipelihara dan disayangi oleh Alloh. Karena itu ia berusaha berbuat baik kepada siapa saja. Ketika ia berbuat baik kepada sesama, ia yakini Alloh ridho kepada dirinya. Ia berusaha untuk tidak menyakiti siapapun, karena ia yakini jika menyakiti hamba-hamba-Nya, maka sama artinya dengan menyakiti-Nya.
Kekurangan hamba-hamba Alloh disekitar dirinya, ia jadikan sebagai lahan ibadah untuk meraih rahmat dan ridho-Nya. Ia bisa menerima dengan lapang dada segala kekurangan dan kehilafan orang-orang disekitarnya. Ia tidak mencela perbuatan buruk orang lain. Ia tidak merendahkan kepada hamba Alloh yang lain, meskipun orang tersebut jauh dari jalan-Nya. Bahkan ia mendo’akan dengan sepenuh harapan agar orang tersebut kembali ke jalan yang benar.
Orang yang berhati lembut selalu lapang dada dan menerima apa adanya manusia-manusia lain di sekitar dirinya. Ia tidak banyak menuntut agar semua orang sesuai dengan keinginan dirinya. Ia sadari bahwa setiap orang adalah dengan rahmat dan ketentuan-Nya yang berbeda-beda.
Alangkah damainya hati orang-orang yang berhati lembut. Ia menjadi cahaya dimanapun ia hidup. Menjadi penerang ditengah kegelapan kehidupan orang-orang disekitarnya. Orang-orang menjadi tenang dan tentram jika berdekatan dengan hamba-hamba yang berhati lembut. Orang yang berhati lembut kehadirannya selalu ditunggu. Ketiadaannya dirindu.  Karena ia selalu menjadi penyejuk qolbu orang-orang disekitarnya. Laksana oase ditengah padang kering nan gersang. Tidakkah kita semua berpengharapan memiliki hati yang lembut? Menjadi orang-orang yang selalu menikmati surga didalam hatinya  (ketenangan dan ketentraman hidup) sebelum menikmati surga yang sesungguhnya kelak di yaumil akhir. Rahmat adalah milik-Nya. Kepada-Nya kita berpengharapan dan memohon segala kebaikan hidup dunia akhirat. Wallohu a’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar