Selasa, 16 Februari 2010

Asmaul Husna (Maha Mensyukuri - makna As Syakur)

ASY SYAKUR  = MAHA MENSYUKURI
Dialah Alloh yang membalas perbuatan baik hamba-Nya dengan pahala yang jauh lebih besar. Alloh banyak memuji amal hamba-Nya dengan menyebut-nyebut perbuatan taatnya. Dialah Alloh yang membalas amalan hambanya yang sedikit dengan derajat yang tinggi. Dia memberikan ganjaran terhadap amalan hamba-Nya selama hidup di dunia dengan kenikmatan akhirat yang tidak terbatas.
BAGIAN HAMBA
Bagian hamba dari Asma Alloh Asy Syakur adalah bersyukur kepada Alloh atas segala keadaan dengan hati, perkataan dan perbuatan. Hati harus mengungkapkan rasa syukur. Lidah juga mengungkapkan rasa syukur dan badan juga harus mengungkapkan rasa syukur. Setiap hal yang menjadi pemberian Alloh harus disyukuri.  Juga menjadi hamba yang berterima kasih kepada orang yang berbuat baik kepada dirinya.
Setiap hamba bisa mensyukuri kebaikan orang lain dengan cara menyebur-nyebut kebaikannya dan memberikan balasan dengan yang lebih baik serta lebih banyak dari apa yang diterima. Yang demikian termasuk sifat yang terpuji sebagaimana sabda Nabi SAW :”Barangsiapa tidak bersyukur kepada orang, maka tidak bersyukur kepada Alloh.” (HR. Imam Ahmad, Thirmidzi, Adh Dhiya’).
Adapun syukur seorang hamba kepada Alloh, maka sesungguhnya syukurnya itu tidak lebih dari kiasan (hanya sebagai bukti bahwa seseorang berterima kasih dan menghamba kepada-Nya). Karena pujian manusia untuk Alloh tidaklah memadai. Sesungguhnya pujian terhadap-Nya tidak terhingga.  Jika seorang hamba berbuat taat kepada-Nya, maka ketaatan itu merupakan nikmat lain dari-Nya. Bahkan syukur itu sendiri merupakan nikmat lain dibalik nikmat yang disyukurinya. Bentuk terbaik syukur atas semua nikmat Alloh ialah tidak menggunakan nikmat Alloh untuk bermaksiat kepada-Nya. Nikmat-nikmat Alloh digunakan sebagai media atau sarana untuk mentaati-Nya. Yang demikian itu terjadi semata-mata atas perkenan dan kemudahan yang dianugrahkan-Nya.
QONA’AH DAN BAIK SANGKA
Qona’ah dan baik sangka, dua sifat yang memungkinkan manusia menjadi orang yang ahli syukur. Qona’ah adalah merasa cukup atas semua nikmat karunia yang ada dalam genggamannya saat ini. Tidak melihat dan membandingkan dengan nikmat-nikmat yang berada dalam genggaman orang lain. Juga tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh keinginan-keinginan dalam angannya yang membuat dirinya melupakan nikmat yang ada dalam genggamannya. Sedang baik sangka adalah selalu meyakini bahwa apapun nikmat yang Alloh karuniakan kepada dirinya adalah yang terbaik. Ia yakin bahwa Alloh mengetahui secara pasti kebutuhan dirinya, yang karena itu memberikan berdasarkan pengetahuan-Nya yang kebenarannya mutlak adanya.
Jika manusia dalam dirinya tidak terdapat sifat qona’ah dan baik sangka, maka boleh jadi hati dan pikirannya akan terpenjara. Setiap saat dipenuhi oleh keinginan-keinginan yang tidak pernah terpuaskan. Yang lebih merugikan adalah tidak bisa menikmati nikmat karunia yang saat ini berada dalam genggamannya. Ia sibuk memikirkan dan mengejar nikmat-nikmat yang lain yang belum berada dalam genggamannya.
Lebih jauh lagi, orang-orang yang tidak memiliki sifat qona’ah dan berbaik sangka kepada Alloh adalah ia akan menjadi orang-orang yang jauh dari rahmat-Nya. Yang pertama-tama dirasakan adalah hati dan pikirannya selalu dipenuhi oleh soal keduniaan semata yang tidak berkonteks akhirat. Jika ini berlangsung terus-menerus dalam jangka panjang, boleh jadi akan permanen dalam jiwanya soal kecintaan kepada dunia yang berlebihan.” Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (QS : Al Fajr (89) : 20 ).
Ketika kecintaan kepada harta berlebihan, maka ia akan mencurahkan waktu dalam hidupnya untuk memburu harta-dunia dengan sepenuh-penuhnya. Jika perlu mengabaikan waktu untuk ibadah. Wujudnya adalah malas dan berat untuk menegakkan ibadah kepada Alloh.  Atau malah jangan-jangan pada suatu saat betul-betul meninggalkan ibadah sama sekali (naudzubillah). Kalau sudah demikian, bukan keberuntungan yang ia dapatkan, melainkan kehinaan dan kenistaan. Tidak peduli ia hidup berkelimpahan harta sekalipun.
Karena itu manusia butuh untuk menjadi hamba yang ahli syukur. Kebaikan dari syukur akan kembali kepada dirinya. Semakin ia pandai bersyukur, maka akan semakin banyak kebaikan yang akan diperoleh. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim (14) : 7 ).
Rasa syukur kepada Alloh yang paling dalam adalah dengan menjadi hamba yang taat kepada Alloh. Menggunakan segala nikmat kurnianya dijalan kebaikan yang diridhoi-Nya. Jasmani yang sehat digunakan untuk menyempurnakan ruku’ dan sujud kepada-Nya. Hati dan akal pikiran digunakan untuk menebar kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya manusia. Kelapangan harta di tangan, melapangkan kehidupan banyak orang. Keluasan ilmu menjadi penyejuk dan penerang kehidupan orang-orang yang membutuhkan.
Dalam konteks hubungan antar hamba, maka syukur ditunjukkan dengan berusaha memberikan balasan yang terbaik kepada orang-orang yang berbuat baik kepada dirinya. Bahkan sebisa-bisanya memberikan balasan yang lebih baik dari yang ia terima.  Entah dengan mendo’akan dengan hati tulus yang mengharapkan kebaikan orang-orang yang berbuat baik kepada dirinya.
Dari uraian diatas kita jadi tahu bahwa menjadi ahli syukur akan sempurna dengan dua dimensi, yaitu hablum minalloh dan hablum minannas. Bersyukur kepada Alloh dan berterima kasih kepada sesama manusia. Semoga kita semua dengan rahmat kurnia-Nya menjadi hamba-hamba-Nya yang ahli syukur. Dicintai oleh sesama dan diridhoi oleh-Nya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar